[Cerpen] Ini Tentang Perasaan

Ini tentang Perasaan

Oleh: Junaidi m

Oh Rahma..

Kenapa aku begitu merindukanmu sekarang. Entah kita jarang bertemu atau berbicara, yang jelas saat ini pikiranku terus dipenuhi bayanganmu. Seorang perempuan solekhah berjilbab anggun yang baru kukenal sekitar satu tahun, rasanya berbeda dengan sensasi mengenal orang lain dalam waktu sesingkat itu.

Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi yag jelas aku ingin sekali ada didekatmu lagi. Entah itu menyaksikan wajahmu, canda tawamu, kekesalan, bahkan tawamu. Seperti waktu dulu saat kita masih sering bersama dalam kelompok belajar. Itu idemu bukan ya?. Ah entahlah, aku lupa. Disaat seperti itu justru kamu terlihat lebih ramah dari pada disekolah. Bukannya wajahmu menyeramkan saat dikelas, tapi melihat outMa dari otakmu yang super encer itu menjadikan aku termenung beberapa saat. Aku hanya siswa biasa yang kepintarannya masih jauh dibawahmu, aku hanya seorang yang terlalu berharap pada mimpi dan angan-angan. tapi kamu, kamu begitu cantik dan mempesona. Aku jamin tak hanya aku yang menyukaimu, pasti banyak teman-temanku juga yang kagum melihat segala hal darimu.

Aku akui aku memang menyukaimu. Kira-kira sejak dua minggu setelah pertama menjadi siswa SMK. Tak kusangka aku penganut juga pada faham Cinta Pada Pandangan Pertama. Apalagi di semester satu dululah saat kita sepakat mengadakan belajar kelompok. Ternyata kau sepaham juga denganku tentang itu. Karena kau menganggapnya penting dan aku justru sangat membutuhkan yang namanya diskusi dan saling tukar pengalaman, ilmu dan pelajaran dengan orang lain. Bukannya memanfaatkan teman, tapi aku juga mencoba untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Ya meskipun otakku pas-pasan, tapi paling tidak pernah ada hal-hal yang belum kamu dan teman-temanku yang ada dikelompok belajar itu ketahui yang akhirnya kukasih tahu juga.

Iya Ma, aku ingin sekali mengenang moment itu.

Perasaanku semakin yakin ketika kamu mengajakku berpuasa senin kamis. Itu sangat menggembirakan apalagi aku juga sangat suka berpuasa, tapi waktu itu masih rada jarang. Pas banget, aku ladenin tawaranmu.

Tapi sekarang, gimana kabarmu, Rahma. Apakah kamu masih suka bangun pukul setengah tiga buat qiyamul lail. Apakah kamu masih suka masak diwaktu itu buat makan sahur. Kenapa Rahma, apakah aku harus meneleponmu lagi untuk memastikan bahwa kamu masih disana dan begitu. Kenapa juga SMSku gak pernah kau balas. Ah iya, mungkin hpmu di silent  ya. Aku maklum kok. Tapi Ma, kenapa justru disaat seperti ini aku terasa malu sekali untuk menanyakan hal itu padamu.

Oh Rahma

Aku sekarang dapat melihatmu dari depan kelasku ini. Aku bisa melihatmu bercanda ria dengan sahabat karibmu itu. Sempat terbesit dipikiranku untuk mengatakan apa yang sebenarnya kurasakan dan kurindukan tentang kamu. Ya, dihadapanmu. Tapi aku baru ingat, bahwa aku hanya lelaki cemen dengan mental tempe. Aku gak seperti si Ahmad yang berani cap cip cus didepan semua orang. Aku juga bukan Doni yang pdnya gila abis didepan cewek. Aku juga bukan Dido yang selera humornya selalu bisa membuat semua orang tertawa, tak terkecuali kamu.

Aku memang bukan bang Toyib yang tak pernah kasih kabar dan apalagi buat menyampaikan perasaan. Aku hanya Ega Saputra, seorang siswa SMK yang sedang bimbang dengan perasaan dan nafsu. Aku sedang memikirkan sesuatu kemungkinan-kemungkinan yang terjadi bila hal itu kulakukan.

Tapi kamu, sudah kuanggap sangat sebagai sahabatku. Dan juga justru perasaan yang muncul ternyata lebih dari rasa suka dan kagum. Lancang sekali rasanya kalau aku menyembunyikan sesuatu dari kamu.

“Rahma.., aku suka sama kamu”

“Apa”, dia segera berhenti dari jajan yang sedang dimakannya didepan kelas. Ya, kuputuskan untuk mengatakannya.

“Iya Ma, aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri”

“Aku kurang yakin” gayamu makin membuatku kekurangan kata-kata saja.

“Apa harus aku jelasin dari awal kayak di novel-novel itu?”

“Itu perlu, paling tidak buat alasan kenapa aku nerima perasaan kamu”

Tet.. te..t…..

Bunyi bel tepat diatasku membuat percakapan kami terpotong. Ya ampun, apa yang barusaja kulakukan. Aku terlanjur malu sekali dilihat banyak anak disitu, apalagi sahabatnya yang slalu setia disiinya. Sepertinya dari ucapan Rahma barusan, cukuplah perasaanku sampai segini.

Aku kembali kekelas dengan perasaan berkecamuk. Tolol, tolol sekali. Aku terlalu berharap pada perempuan sesempurna dia. Ingat Gaa, kamu tu siapa. Mana mungkin dia mau sama orang yang biasa-biasa aja. Gak ada yang bisa dibanggain kan dari kamu. Apa istimewanya buat cewek secantik dia. Sadarlah Gaa.

-#-

Ah Ega, namamu itu lo. Tak kusangka tak ada yang menyamai namamu itu disekolah ini. Tapi wajahmu lebih tak ada yang mirip dengan siapapun, tak terkecuali guru-guru disini.

Kau tahu, sejak kita tidak melaksanakan titah pak Anis buat belajar kelompok, sangat kurasakan sekali imbasnya. Ternyata dengan kamu aku jadi lebih bisa mengembangkan ideku dan menemukan hal baru. Ya, saat bersamamu. Akhirnya disemester dua lalu, nilaiku merosot tajam. Entah itu karena teman sekelasku yang bertambah pintar atau aku kurang mengimbangi mereka. Sepertinya tanpa kamu, sepi rasanya. Walaupun kamu memang gak sepintar Dido buat menghiburku dengan guyonan dan humor-humor ringan, atau Doni yang biasa mengoceh dengan santainya didepan cewek. Tapi kamu, kamu lebih bisa mengeluarkan kata-kata yang memang perlu untuk kau katakan. Dalam, penuh arti dan bijaksana. Kedewasaanmu itulah yang sangat aku suka.

Kamu ingat ketika aku justru memalingkan dan menundukkan wajahku ketika kau tampak ingin melihatku. Itu kulakukan karena aku tak mau sampai bertatapan selama tiga kedipan denganmu. Maafkan aku, aku memang gak seperti perempuan lain.

Sekali lagi maafin aku Gaa. Aku selalu senang dan haru ketika kau mau menemaniku berpuasa pada hari senin dan kamis. Jadi ketika aku bangun  pada malam hari, ada orang yang setidaknya mampu memecah kesepianku. Itu hanya dirimu. Kau begitu setia membangunkanku lewat SMS maupun telepon. kau mampu membuatku menyukaimu Gaa.

Akhir-akhir ini terasa amat jarang lagi aku membalas SMSmu, ‘afwan jiddan my friend,  aku juga jarang lagi ketemu sama kamu, mungkin karena aku terlalu egois dengan organisasi yang kuikuti. Tapi kenapa ya, meskipun bersebelahan kelas aku menjadi sangat malu sekali ketika harus berbicara bahkan hanya berpapasan denganmu.

Kenapa…oh kenapa my bestfriend. Sepertinya aku memiliki perasaan lebih akan hal itu.

Tapi disini, kita sudah gak satu kelas lagi dan sedang kulihat wajahmu yang tampak murung saja. Pliss, jangan marah dan kesal sama aku.

Nah kan, kau palah sepertinya mulai mendatangiku. Apa yang harus kujawab ketika tiba-tiba kau menanyakan hal puasa kepadaku. Apa yang harus aku jawab jika pertanyaan mengenai SMSmu yang jarang sekali kubalas padahal aku selalu memikirkanmu ketika bangun dan apalagi membaca SMS itu, salah satu penyebabnya adalah pulsa. Ah, aku jadi malu kalau harus mengatakan ini padamu.

Tapi rasa bersalah ini hanya bisa aku tahan. Cukup aku saja yang tahu. Karena aku Rahma, wanita tegar dan tak mudah lembek pada apapun didepanku. Tapi kamu Ga, kamu sepertinya dapat juga meluluhkanku.

“Rahma.., “ Nah kan, kau menyapaku juga,

“Aku suka sama kamu”.

Ha, aku hanya bisa bengong sejenak apa benar kamu mengatakan hal itu, hal yang selama ini juga kurasakan.

“Apa”,Jawabku dengan menghentikan makan jajananku yang sangat lezat ini, tapi sebenarnya ucapan Ega tadi cukup menarik untuk diteliti kebenarannya. Mungkin dia yang lagi ngigau atau kupingku yang salah dengar.

“Iya Ma, aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri”

“Aku kurang yakin”, maaf Ga, ini gayaku ketika aku harus mempertahankan reputasiku.

“Apa harus aku jelasin dari awal kayak di novel-novel itu?”

“Itu perlu, paling tidak buat alasan kenapa aku nerima perasaan kamu”

Tet.. te..t…..

Ah, sialan kau bel. Kenapa justru pas kata itu kau membunyikan diri. Bukan maksud mengelesmu Ga, aku hanya pingin sedikit bermain kata denganmu. Jangan berbalik, plis jangan berbalik. Aku ingin kata itu darimu, lagi. Apa kau anggap aku serius Gaa?

“Ah, itu pak Sugeng datang” suara sobatku disebelah ini masih bisa kucerna jelas

“Ma, ayo masuk !”

Aku masih termenung dan membiarkan dia menarik-narik lenganku. Aku menunggumu untuk berbalik Ga. Plis berbalik.

Dasar bodoh sekali aku ini. Dodol. Kenapa justru aku tidak mempercayai sahabatku sendiri. Iya, memang dulu dia sudah akrab sekali denganku. Tapi kini, kami sudah sama-sama kelas sebelas, apalagi kelas kita berbeda dan itu yang membuatku jadi canggung bertemu denganmu Ga. Ah,..sepertinya aku harus menjelaskan apa yang juga sebenarnya aku rasakan. Melihat expresinya, sepertinya ucapanku cukup serius di telinganya.

“Ma, udah belajar belum. Ulangan ulangan”

“Ha, apa”

“Ih, ayo masuk”

Kontan aku langsung melesat ke dalam ruang kelas. Sial benar, aku sama sekali tak tahu kalau hari ini mau ulangan. Ah, mana belum belajar satu katapun lagi.

Pak Sugengpun masuk ke kelas. Tapi apa, dia gak nyuruh apa-apa kok. Bahkan kata “Siapkan kertas satu lembarpun ” tak keluar dari mulutnya. Oh sialan kau Tri.

“Sorry….”

Aku hanya bisa ngejitaknya dari bangku sebelah.

“Habis kamu tadi terlalu serius si…” belanya “Dan satu lagi, teganya kau. ”

Ha, apa benar. Apa aku terlalu keterlaluan dan sok.? Ya Allah, jika kelakuan dan ucapanku ini merupakan kesombongan, ampunilah aku.

Aku harus segera meminta maaf, ya, harus. Sekaligus mengatakan hal yang sebenarnya. Ega, aku mencintai.

-#-

Assalamu’alaika, akh

Belum ada balasan, jam masih menunjukkan pukul 2.45 am. Satu menit, dua menit, 10 menit. Waktu itu terasa begitu lama bagi Rahma.

Wa’alaikissalam wr wb, akhwh

Masih didepan mushaf, teman?

Alhamdulilllah baru selesai, tumben nih

Iya, maaf. Pulsa sekarang dah naik srbu

D tmpat.q aj, msih 10 ko’

Bwt aq g’ grts? tganya 2x

Ah, bsi

Oh, aq mnta map

Bwt..?

Sms.q dh bsi kn, g’ enak tau

Di mask lg aj

G’, soal kmaren. Aq mnta maaph

Ahhk, lupain aj, aq sdar ko’

Yg bner, cba sni aq cubit

Cba aj,.. ko’ g’ brsa ya

Ya iyalah, dodol

Dan komunikasi berhenti. Untuk beberapa saat, Rahma merasakan kesunyian. Pagi itu begitu dingin, dan olahraga jemari dipilihnya –ya setidaknya bisa- untuk menghangatkan badan. Setidaknya, ini usahanya karena kemarin gagal bertemu dengan Ega.

Sory”, brusn adk.q bgn.

…knpa?

Bysa, dngr swra.q kli, kta.a dy mnta dtmenin bwt qiyamullail

Wah 3x bgus. . .3x

. . . .

Akh, kmren q liat ust solmed di tv, lg bhs soal cnta

Pggmar brat.a ya

Kta.a cnta itu bsa mmbwt se”orang mrsakn krinduan., & itu yg q rskan skarang

Sma siapa,

& 1 lg, mmpu mbwt org mlakukn bnyk hal

Aq tnya syp?

Sypa lg, y kmu Ga.

~ ~ ~

Map soal kmarin, q bru thu, trnyta prsaan kta sma &aq trllu smbng ddpnmu. Plis,maafin aq  y !

Allah sj mha pmaf ko’, msa’ hmba.a tdk mw mmafkn stu sma lain. Aq dh maafn . & tntng prsaan, aq sdh sngt sdar, yg q ingn hnya 1 tman. Mwkh kmu mjd tmn.q slamnya?

. . . .

. . . .

Aq trma prmntaanmu.

Alhmdllah,

Thukh qau tman, aq sllu memmpkan bhwa kmu trs mnmani q slmnya, tman mkan, mnum, trtwa, gmbra, sdh, snang, dlm duka mwpn suka. &smpai kmu mjd imam.q

. . .

. . . .

4:15 am

Sdh adzan y?

Akhwh, kta smpai lupa wktu, ndk baik menunda” shlat

Iya, ckpkn skian dlu y, akh.Wassalamu’alaika wr.wb

Wa’alaikissalam.

Dan pagi itu begitu menghangatkan seluruh jiwa dan raga.

Inspired by her

Wonosobo, 29 Okt 2011

 

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.